Makara ; mahluk penjaga gerbang . Biasanya ditemukan dalam pahatan pintu-pintu candi. Dan percayakah Anda bahwa setiap manusia memiliki 'penjaga gerbang'nya sendiri? Jika Anda bertanya soal kalimat itu, Anda harus curiga kemana nurani Anda pergi! Sebab, itulah, sang nurani, penjaga gerbang Anda ; batas antara dua sisi berbeda yang ada dalam setiap manusia - jiwa dan raganya. Itu pula sebabnya, kata 'Bacalah' - kata pertama dalam ayat pertama, surat pertama pada kitab suci saya tidak selalu berarti begitu. Jadi mulailah mencari arti yang sebenarnya. Walau terdengar absurd...

Kamis, 20 Oktober 2011

POPULASI DAN KONSERVASI ATAU GIGIT JARI

Ini sungguhan!

Dan kalimat seterusnya pun sungguhan : semuanya berawal dari masalah populasi!

Mari siapkan waktu – sekitar 30 detik, atau lebih jika Anda mau – untuk membayangkan ini ; sebuah dunia, planet, bernama bumi, dimana semua daratannya berupa padang pasir atau bentangan tanah tandus. Semuanya!

Mengerikan? Tentu saja.

Lalu – ini lebih mengerikan – bayangkan apa yang terjadi pada mahluk-mahluk hidup penghuni bumi yang kita tahu. Apa yang terjadi pada mereka jika bumi hanya sebuah planet kering kerontang tanpa sebatang pohon pun? Apa?

Tidak ada yang terjadi!

Kenapa?

Karena semua mahluk hidup sudah punah lebih dulu!

Nah, yang terakhir ini lebih mengerikan ; semua bayangan itu tidak mustahil terjadi!

Al Gore, mantan wakil presiden AS, penerima Nobel dan konservasionis yang – diakui atau tidak – elegan itu, mengeluh dalam sebuah seminar yang dihadirinya. “Saya,” ujarnya lirih, “… sedih setiap kali diundang seminar soal lingkungan hidup dunia.” Ia menatap peserta acara dengan pandangan sayu. “Terlalu banyak fakta tentang kerusakan mengerikan yang saya miliki dan catat, namun terlalu sedikit waktu yang saya punya untuk membeberkannya pada Anda!”

Waktu, kerusakan dan… Anda semua. Kita.

Inilah masalah lingkungan hidup sekarang ini.

Waktu mengisyaratkan betapa masalah lingkungan hidup muncul lalu terjadi dengan cepat. Teramat cepat. Sementara upaya menanggulanginya justru berlangsung lambat. Sementara kerusakan mengabarkan soal betapa rapuhnya system lingkungan hidup di bumi ini sehingga satu kerusakan memicu kerusakan lainnya.

Lalu Anda semua? Kita? Apa peran kita? Dosa kita? Relevansi kita sebagai bagian dari lingkar-kehidupan ini?

Semuanya!

Bagaimana bisa? Bacalah lagi kalimat di atas tadi ; semuanya berawal dari masalah populasi!
Ini memang sebuah dilema! Di satu sisi, berkembang-biak adalah hak dasar semua mahluk hidup. Di sisi lain, perkembangbiakan membutuhkan sumberdaya – yang sialnya – tidak semua bisa diperbaharui.

Jika Anda pintar, inilah jawaban dari pertanyaan kebingungan kita mengapa masalah lingkungan hidup seperti lingkaran setan ; tidak berujung, berulang-ulang dan membesar! Berulangkali kita melihat kesalahan demi kesalahan dilakukan. Terus menerus. Dengan motivasi yang jelas atau kabur, semuanya berujung pada kenyataan bahwa manusia, dalam soal yang satu ini, seperti mahluk paling bodoh yang bertindak layaknya hewan.
Dan itu tidak sepenuhnya salah. Sebab, bahkan hewan pun berhak berkembang biak!

Maka, lupakan politik, hukum, ekonomi atau budaya dan tetek bengek lainnya. Itu semua cuma bingkai! Batasan yang justru mengikis kesadaran paling mendasar soal masalah terbesar peradaban umat manusia ini. Sayangnya, para konservasionis – yang paling berani sekalipun – kerap terjebak dalam idealisme perjuangannya lalu meneriakan bingkai-bingkai tadi meski mereka mahfum tidak akan ada perubahan!

Jadi inilah yang dibutuhkan umat manusia untuk menghadapi kiamat yang sedang tanpa sadar kita ciptakan sendiri ; kejujuran!

Kejujuran untuk menerima kenyataan bahwa masalah lingkungan hidup adalah sebuah masalah yang sering dipahami dengan salah! Setelah itu, kita butuh keberanian untuk mengambil tindakan yang jelas-jelas mengangkangi hak dasar kita sebagai mahluk hidup ; mengontrol atau – lebih ekstrim lagi – menekan hingga titik terendah perkembangan populasi kita.

Hanya dengan cara itu, bumi memiliki kesempatan untuk menarik napas panjang, sementara pada saat yang bersamaan, manusia melakukan konservasi pada sumberdaya-sumberdaya yang masih bisa dipertahankan dan diperbaharui dengan cepat. Lalu, menyusun dan meletakkan kembali dasar dan cara pandang kita sebagai mahluk paling dominan di rantai makanan planet ini terhadap hak, kewajiban dan gaya hidup kita.

Sebuah pengorbanan besar. Sebuah global-sacrifice!

Tapi ini perlu dilakukan, walaupun hampir tak ada konservasionis yang berani meneriakannya pada dunia, ini tetap harus dilakukan.
Sebab inilah keadilan terbesar yang bisa dipersembahkan manusia pada hidupnya.

Pengorbanan ini harus dilakukan setelah semua kenyamanan dunia yang Anda nikmati tanpa merasa berdosa karena Anda terlalu – maaf - bodoh, naïf, apatis dan merasa berhak! Atau, anak dan cucu Anda akan menggigit jari mereka – untuk menahan lapar dan melampiaskan rasa benci sebelum mengutuki Anda – sebab tak ada lagi sumberdaya yang bisa mereka gunakan untuk bertahan hidup. Jika Anda terlalu bebal, egois dan enggan meninggalkan kenyamanan-kenyamanan yang seringkali berlebihan itu, tidakkah lebih baik Anda meminta maaf pada mereka sekarang? Pandanglah mata mereka dan katakan, “Maaf, sepertinya hanya neraka yang bisa saya wariskan pada kalian semua!”

Terlalu ekstrim?

Ah, kalau saja Anda tahu berapa banyak kerusakan mengerikan seperti yang Al Gore tahu, ekstrim tidak ada relevansinya!




Hutan ada sebelum peradaban.
Padang pasir… sesudahnya!

Chateubriand


(dari BUKU PANDUAN CADWIPALA SMA Negeri 42 Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar