Tahu dong airsoft-gun. Ini hobi bagi military enthusiast.
Konsep hobi ini terus berkembang sejak pertama kali ditemukan dan dilakoni.
Gara-garanya pelarangan pemilikan senjata api di Jepang pada 1970-an, yang
membuat diciptakannya replika senjata dengan peluru plastik. Awalnya cuma
digunakan untuk perang-perangan. Lalu, entusiasme ini berkembang. Selain
replika senjata yang makin mirip, para pelakunya juga meniru operator militer
dari elemen pakaian, perlengkapan hingga taktik perang. Tahun 1990-an hobi ini
merambah Amerika sebelum kemudian merambah dunia, termasuk Indonesia.
Bicara airsoft memang bisa sangat panjang. Sebab hobi ini,
terus menerus berkembang sampai pada taraf yang mencengangkan. Dulu replika
senjata berkerja dengan sistem spring – per, pegas. Sekarang ada yang bekerja
dengan gas bahkan batere listrik. Peralatan dan uniform untuk airsoft-gun pun
berkembang makin beragam, Rasanya, tidak ada elemen militer – dalam tingkat
individu, setahu saya – yang tidak dikopi oleh para airsofter. Memang tercatat
penggunaan truk, bahkan tank, dalam skirmish – di Amerika dan Swedia. Tapi
tentu saja, cuma untuk menciptakan atmosfir “perang beneran”.
Soal skirmish – istilah yang paling sering digunakan untuk
aksi perang-perangngan selain MilSym – Military Simulation, ada banyak peran
yang bisa dipilih oleh para airsofter. Tergantung skenarionya. Tergantung
eventnya. Di skirmish militer modern atau, katakanlah, Perang Dunia II dan
Perang Vietnam, peran regular army, special forces sampai snipers, bisa
dipilih. Teori dan skenarionya sih, peran mereka berbeda. Tapi, percayalah,
pada prakteknya, seringkali amburadul. Maklum, semirip-miripnya airsofter,
mereka tetap bukan professional operator.
Skirmish atau MilSim, bisa berlangsung beberapa jam, bahkan
beberapa hari di lokasi yang sudah disepakati. Di sinilah para airsofter yang
sudah dibagi menjadi kubu-kubu terpisah saling adu tembak, adu strategi, adu
teriak, adu ledek sekaligus cekikikan dan menjerit kesakitan kalau terhantam BB
– peluru plastik bulat berukuran normal 6-8 mm, di bagian tubuh yang tidak
terlindungi. Tentu saja, meski relatif aman, ada standar keamanan dan
keselamatan yang mesti dipatuhi para airsofter. Jadi, selain untuk entusiasme,
peralatan dan uniform yang digunakan para airsofter pun berfungsi sebagai
pelindung.
Kalau bicara peran, saya memilih jadi sniper. Makanya,
sejak awal ikut-ikutan hobi ini, saya langsung mengincar replika sniper-rifle.
Berhubung newbie tapi sok tahu, saya langsung mencari sniper-rifle idaman saya
; M14, Remington 700 atau Vintorez SS. Syukur-syukur kalau bisa dapat yang
klasik macam Moshin Nagant, Garant M1C-D atau Mauser K98 dan Gehwer G43 yang legendaris
itu. Hasilnya, “Emangnya yang punya pabrik babe lu!” kata teman saya, airsofter
senior yang saya tanya-tanya soal itu. “Udah, pake M16 gue aja! Sok gaya lu!”
ucapnya lagi sembari menyodorkan replika unit itu. Ternyata jenis-jenis sniper-rifle
tadi belum ada di pasaran waktu itu.
Entah sekarang. Jenis paling popular yang ada saat itu adalah Dragunov dan L96
Accuracy International. Meski kecewa, barang second yang entah berapa kali
dimodifikasi itu pun saya beli juga akhirnya. Selain sniper-rifle, saya juga membeli ghillie
suit, uniform dan tactical vest – rompi tempur, yang sepertinya cocok untuk
peran yang saya pilih. Tentu saja, peralatan keamanan macam goggles, glove dan
tetek bengek lainnya terpaksa dibeli pula. Syukurlah, semuanya second. :p
Niat saya saat itu cuma ingin perang-perangan. Titik. Jadi,
istilah geardo – entusias yang getol meniru operator asli, collector dan aliran
airsofter lain, tidak terlalu menarik minat saya. Dan, keinginan saya tadi
terkabul saat mengikuti skirmish pertama kali. Karena bukan klub resmi, kami
bersepuluh memilih kawasan Situ Gunung sebagai areanya. Skenarionya sederhana ;
2 X 24 jam, five on five, deathmatch! Benar-benar seenaknya, karena bahkan
pihak Taman Nasional tidak tahu kalau ada 10 sniper palsu sedang sok bergerilya
di situ. Yang ini, jangan ditiru! Bergabunglah dengan klub. Bermainlah di area khusus
yang sudah disepakati dan diizinkan. Ini menyangkut keamanan, keselamatan dan
kesadaran untuk tidak membuat orang lain jantungan dan terkaget-kaget!
Kembali lagi, ternyata, jadi sniper itu menyebalkan!
Terutama jika lawannya pun sniper! Jangan membayangkan perang seru ala film Enemy
At The Gates, Shooter atau Sniper-nya Tom Berenger. Boro-boro seru. Yang pertama, kami harus
(sok) invincible. Jadi awalnya, berjalan pun harus menunduk-nunduk, merayap
atau merangkak. Padahal belum tentu ada musuh yang mengincar. Selain itu, udara
di kawasan yang dingin pada malam dan dini hari, membuat kami lupa
prinsip-prinsip sniper ; no light, no smoke, no sound, nothing! Semuanya
dilanggar. Terutama no smoke ; karena 8 dari 10 sniper gadungan itu perokok
berat dan penikmat kopi yang pasti
merasa berdosa kalau tidak membuat api unggun, menyeduh kopi dan mengisap rokok di udara dingin
pegunungan. Walhasil, dua malam itu, yang terjadi bukan perang sniper, tapi camping
dan hiking sambil membawa unit airsoft. :D
Masalahnya adalah area tempur yang terlalu luas. Tujuan
sekenario yang terlalu umum ; kill every enemy, dan waktu yang terlalu lama
untuk para pemula. Setelah 2 X 24 jam itu, tidak ada yang tewas dengan sukses.
Hanya sekali terjadi kontak dan 10-15 kali tembakan asal-asalan karena masing-masing kubu
langsung sibuk “menghilangkan-diri”. Setelah semua usai dan kami berkumpul,
barulah disadari bahwa selama 48 jam itu, kami ternyata lebih sering dipisahkan
oleh 2 buah bukit! Lha, bagaimana mau perang? Hhuh, sudah merayap-rayap pula!
Sekarang, setelah dua tahun, saya memandang airsoft sebagai
sebuah hobi yang menyenangkan karena ya memang menyenangkan. Terutama jika Anda
easy-goers yang ingin menikmati suasana berbeda dari kehidupan sehari-hari.
Memang, kalau sekedar berbeda, ada banyak pilihan. Namun, airsoft juga
menawarkan banyak hal positif. Misalnya belajar untuk bersikap tenang,
strategis dan efektif serta disiplin. Terutama disiplin menabung, karena airsoft
relatif butuh budget yang cukup besar jika ingin tampil keren. Saya untungnya
manusia yang simple. Jadi ya, simple saja. Kalau ada biaya lebih, ya beli. Kalau
tidak, ya ngerayu teman untuk barter saja. Keren kan?! :P
Tapi soal kekonyolan-kekonyolan, sampai saat ini masih
sering terjadi. Di area skirmish, pernah lho saya menembaki posisi spotter saya – partner sniper yang bertugas
membantu membidik sasaran dan melindungi main shooter jika terjadi intense
fire-fight – gara-gara ia kebelet pipis tapi tidak memberi tahu. Hasilnya, spotter
saya itu balas menembak – karena mengira saya musuh sambil memanggil-manggil minta bantuan. Tentu saja, lewat radio, saya membalas dengan panik,
“Under fire, under fire!” Benar-benar tolol! :D
Kekonyolan terbaru terjadi belum lama ini. Putri kecil saya,
Bthari, tampaknya sangat penasaran pada peralatan airsoft saya, terutama pada
IBH Helmet plus NVG yang nangkring di situ. Tiap kali saya membenahi peralatan
airsoft, ia selalu memperhatikan dengan pancaran mata ingin tahu. Saat itu saya
sibuk mengutak-atik side-arm yang terjatuh ke lumpur dan membiarkan helmet dan
NVG yang juga akan saya bersihkan, tergeletak di atas lantai. Bthari sampai
menunggingkan tubuh mungilnya untuk mengintip helmet itu dari depan. "Itu
NVG nak," ujar saya sambil menahan tawa. "Night Vision Goggle. Kalau
pakai itu, adek bisa melihat kodok lagi nyanyi di sawah malam-malam!" Tahu
apa yang terjadi? Ia menarik NVG itu lalu menyeretnya (berikut helmetnya) di
atas lantai, berlari ke teras rumah! "Ayaaah... kodoknya lucu,"
teriaknya tanpa dosa sambil menunjuk ke arah sawah di depan rumah. Ampuuun...
untung helmet dan NVG second dan murah!
Kalau saya menyukai peran sniper itu bukan karena saya
jagoan menembak, tapi karena kebanyakan peran ini hanya perlu nyumput (bahasa
Sunda ; ngumpet, Red.) dan tidak perlu lari-lari sembari teriak-teriak. Dan helmet
ber-NVG - saya beli karena kepengen gaya - memang kurang cocok untuk peran itu.
Mungkin sudah waktunya ayah jual ya dek. Uangnya kita pakai buat beli snipers
camouflage-suit... berbentuk kodok! Pasti ayah selamat sehat wal-afiat. Kan,
airsofter dilarang menembak hewan! :D