RAHASIA TEKNIK SURVIVAL PRAKTIS
Cobalah makan sekerat daging ular mentah! Hueeek…
Percayalah, Rambo pun akan berpikir dua kali. Tidak lucu dong, kalau jagoan
tempur muntah cuma karena makanan mentah!
Menurut bukti sejarah, api sudah digunakan untuk memasak
makanan sejak 1.9 juta tahun lalu. Dan bukan untuk itu saja. Api juga digunakan
untuk bertahan dari udara dingin, memproduksi senjata sampai alat untuk
menyiksa. Para pegiat alam bebas ;
pendaki gunung, pemanjat tebing, pengarung jeram dan seterusnya, amat
menghargai api. Percayalah, setelah berjam-jam didera lelah, secangkir kopi
atau teh hangat manis, menjadi hiburan yang luar biasa mewah di udara dingin.
Di kondisi darurat, api menjadi lebih penting dari sekedar
membuat kopi atau teh hangat. Api bisa digunakan untuk melindungi diri atau
menjadi alat pemberi sinyal. Masalah muncul jika alat-alat membuat api modern
(korek api kayu, korek api gas atau pemantik magnesium) tidak tersedia. Di sinilah
penguasaan teknik-teknik survival dasar memegang peranan penting. Salah
satunya, menyalakan api dengan teknik primitif.
Ada banyak cara dan metode. Tapi yang paling populer adalah
teknik Bow and Drill atau Firebow ; busur api. Sebuah teknik menyalakan api
dengan memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh gesekan kayu. Disebut busur api
karena gerak gesekan itu dilakukan dengan menggunakan busur dan tali, milip
seperti busur untuk memanah. Ada empat bagian utama. Pertama, bow - busur. Dua driil - bor. Ketiga, socket - penahan bor. Keempat fireboard - alas kayu.
Caranyapun sederhana.
Pertama, buat busurnya. Lalu drill atau bor. Kemudian buat
socket – pengendali dan penahan bor, serta fireboard – alas kayu. Di alas kayu
inilah dibuat lubang dan potongan berbentuk V. Fungsinya, tempat salah satu
ujung bor ditempatkan. Ujung lainnya ditahan oleh penahan bor. Lalu, bor yang
sudah dililit tali busur pun diputarkan dengan gerakan busur. Di bagian bawah
lubang alas kayu diletakkan serbuk penangkap percikan api.
Setelah semua siap, busur digerakan perlahan. Lilitannya
akan membuat bor berputar. Perlahan saja, temukan ritmenya. Setelah itu, mulai
percepat dan tekan penahan bor lebih kuat. Lama kelamaan, gesekan ujung bor
pada alas kayu akan menghasilkan panas dan percikan yang ditangkap serbuk di bawah
lubang. Anda hanya perlu membuat serbuk itu terus menyala menjadi bara. Lalu
menambahkan kayu-kayu kecil untuk menyalakannya menjadi api.
Mudah bukan? Ya! Sangat mudah. Tapi percayalah, 95%
percobaan pertama pasti gagal!
Bagaimana bisa?
Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pemula.
Pertama, ujung bor pada lubang alas kayu dibuat runcing – seolah dibuat untuk
melubangi alas kayu. Padahal justru sebaliknya. Ujung bor pada lubang alas kayu
harus relatif tumpul. Ini justru membuat gesekan yang lebih cepat menimbulkan
panas. Kedua, tali pada busur seringkali kurang kuat atau justru terlalu kuat.
Akibatnya, putaran bor tidak efisien. Sering juga, bor justru diam ditempat
sementara talinya bergeser terus karena permukaan bor terlalu licin.
Tapi, kegagalan yang seringkali masih terjadi disebabkan
karena ketidaktahuan soal rahasia kecil ini ; menyalakan api itu ternyata butuh
cinta!
Serius!
Dari beberapa percobaan, para survivor paham bahwa untuk
menghasilkan panas dari gesekan kayu dibutuhkan dua jenis kayu berbeda. Tidak
sekedar berbeda, tapi harus benar-benar cocok. Mirip pasangan yang jatuh cinta!
Salah satu kayu harus lebih keras dari yang lain. Tapi, keduanya harus relatif sama
kerasnya. Artinya tidak mudah patah. Kedua kayu juga harus sama-sama kering. Bagi
survivor berpengalaman, menggesekan dua kayu yang basah, bukan cuma membuang
tenaga percuma, tapi juga ‘ngeres’!
Sebenarnya saya ingin menulis daftar kayu yang cocok
dipasangkan untuk membuat gesekan yang efektif membuat panas. Tapi ah, keenakan
Anda dong! Survivor harus berani mencoba dan gagal. Sekaligus, saya juga ingin
tahu seberapa ‘ngeres’ otak Anda! J
informatif sob, disampaikan dengan cara yang santai, keren, thanks udah share ;)
BalasHapusmampi-mampir ke "rumah" ane sob.
ikut follow yah.
Thanks sob! Siap! :-)
Hapus