Makara ; mahluk penjaga gerbang . Biasanya ditemukan dalam pahatan pintu-pintu candi. Dan percayakah Anda bahwa setiap manusia memiliki 'penjaga gerbang'nya sendiri? Jika Anda bertanya soal kalimat itu, Anda harus curiga kemana nurani Anda pergi! Sebab, itulah, sang nurani, penjaga gerbang Anda ; batas antara dua sisi berbeda yang ada dalam setiap manusia - jiwa dan raganya. Itu pula sebabnya, kata 'Bacalah' - kata pertama dalam ayat pertama, surat pertama pada kitab suci saya tidak selalu berarti begitu. Jadi mulailah mencari arti yang sebenarnya. Walau terdengar absurd...

Senin, 16 Januari 2012

MENYALAKAN API ITU BUTUH CINTA!


RAHASIA TEKNIK SURVIVAL PRAKTIS

Cobalah makan sekerat daging ular mentah! Hueeek… Percayalah, Rambo pun akan berpikir dua kali. Tidak lucu dong, kalau jagoan tempur muntah cuma karena makanan mentah!

Menurut bukti sejarah, api sudah digunakan untuk memasak makanan sejak 1.9 juta tahun lalu. Dan bukan untuk itu saja. Api juga digunakan untuk bertahan dari udara dingin, memproduksi senjata sampai alat untuk menyiksa.  Para pegiat alam bebas ; pendaki gunung, pemanjat tebing, pengarung jeram dan seterusnya, amat menghargai api. Percayalah, setelah berjam-jam didera lelah, secangkir kopi atau teh hangat manis, menjadi hiburan yang luar biasa mewah di udara dingin.

Di kondisi darurat, api menjadi lebih penting dari sekedar membuat kopi atau teh hangat. Api bisa digunakan untuk melindungi diri atau menjadi alat pemberi sinyal. Masalah muncul jika alat-alat membuat api modern (korek api kayu, korek api gas atau pemantik magnesium) tidak tersedia. Di sinilah penguasaan teknik-teknik survival dasar memegang peranan penting. Salah satunya, menyalakan api dengan teknik primitif.

Ada banyak cara dan metode. Tapi yang paling populer adalah teknik Bow and Drill atau Firebow ; busur api. Sebuah teknik menyalakan api dengan memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh gesekan kayu. Disebut busur api karena gerak gesekan itu dilakukan dengan menggunakan busur dan tali, milip seperti busur untuk memanah. Ada empat bagian utama. Pertama, bow - busur. Dua driil - bor. Ketiga, socket - penahan bor. Keempat fireboard - alas kayu.

Caranyapun sederhana.

Pertama, buat busurnya. Lalu drill atau bor. Kemudian buat socket – pengendali dan penahan bor, serta fireboard – alas kayu. Di alas kayu inilah dibuat lubang dan potongan berbentuk V. Fungsinya, tempat salah satu ujung bor ditempatkan. Ujung lainnya ditahan oleh penahan bor. Lalu, bor yang sudah dililit tali busur pun diputarkan dengan gerakan busur. Di bagian bawah lubang alas kayu diletakkan serbuk penangkap percikan api.

Setelah semua siap, busur digerakan perlahan. Lilitannya akan membuat bor berputar. Perlahan saja, temukan ritmenya. Setelah itu, mulai percepat dan tekan penahan bor lebih kuat. Lama kelamaan, gesekan ujung bor pada alas kayu akan menghasilkan panas dan percikan yang ditangkap serbuk di bawah lubang. Anda hanya perlu membuat serbuk itu terus menyala menjadi bara. Lalu menambahkan kayu-kayu kecil untuk menyalakannya menjadi api.


Mudah bukan? Ya! Sangat mudah. Tapi percayalah, 95% percobaan pertama pasti gagal!

Bagaimana bisa?

Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pemula. Pertama, ujung bor pada lubang alas kayu dibuat runcing – seolah dibuat untuk melubangi alas kayu. Padahal justru sebaliknya. Ujung bor pada lubang alas kayu harus relatif tumpul. Ini justru membuat gesekan yang lebih cepat menimbulkan panas. Kedua, tali pada busur seringkali kurang kuat atau justru terlalu kuat. Akibatnya, putaran bor tidak efisien. Sering juga, bor justru diam ditempat sementara talinya bergeser terus karena permukaan bor terlalu licin.

Tapi, kegagalan yang seringkali masih terjadi disebabkan karena ketidaktahuan soal rahasia kecil ini ; menyalakan api itu ternyata butuh cinta!

Serius!

Dari beberapa percobaan, para survivor paham bahwa untuk menghasilkan panas dari gesekan kayu dibutuhkan dua jenis kayu berbeda. Tidak sekedar berbeda, tapi harus benar-benar cocok. Mirip pasangan yang jatuh cinta! Salah satu kayu harus lebih keras dari yang lain. Tapi, keduanya harus relatif sama kerasnya. Artinya tidak mudah patah. Kedua kayu juga harus sama-sama kering. Bagi survivor berpengalaman, menggesekan dua kayu yang basah, bukan cuma membuang tenaga percuma, tapi juga ‘ngeres’!

Sebenarnya saya ingin menulis daftar kayu yang cocok dipasangkan untuk membuat gesekan yang efektif membuat panas. Tapi ah, keenakan Anda dong! Survivor harus berani mencoba dan gagal. Sekaligus, saya juga ingin tahu seberapa ‘ngeres’ otak Anda! J




2 komentar:

  1. informatif sob, disampaikan dengan cara yang santai, keren, thanks udah share ;)

    mampi-mampir ke "rumah" ane sob.

    ikut follow yah.

    BalasHapus