Gara-gara musibah SUKHOI SJ100 kemarin, saya banyak ditanya soal
Search and Rescue - SAR. Padahal, saya sama sekali bukan ahli SAR. Saya cuma pernah dididik soal SAR dan ikut beberapa operasi SAR. Itu pun sebatas di daerah pegunungan. Tapi, santernya berita musibah
SUKHOI SJ100 membuat beberapa teman bertanya dengan rasa ingin tahu. Saya sih,
mencoba menjelaskan sesederhana mungkin saja. Karena operasi SAR memang sederhana
dalam teori. Namun prakteknya, bisa bertolak belakang lebih dari 180O!
Search and Rescue itu, ya upaya yang dilakukan secara
terencana dan metodis untuk menyelamatkan seseorang atau sekelompok orang yang
tidak bisa menolong dirinya sendiri. Dari segi medannya, ada beberapa jenis SAR
; Mountain and Remote Area SAR, Urban SAR (USAR), Ground SAR, Sea and Air SAR
sampai Combat SAR. Tidak usah terlalu serius soal ini. Jenis-jenis SAR ini cuma
batasan yang sangat cair sifatnya. Yang jelas, SAR dilakukan di mana pun, kapan
pun dan dengan beragam tujuan. Soal tujuan ini memang sering diperdebatkan.
Memang tujuan SAR yang utama adalah menyelamatkan jiwa seseorang. Namun dalam
banyak kasus, operasi SAR tetap dilakukan bahkan pada kondisi dimana kemungkinan
hidup korban sudah dianggap tidak ada.
Kalau mau membahas jenis-jenis SAR berdasarkan medannya
tadi, kita harus bicara berpanjang-panjang. Tapi karena pertanyaan utamanya
adalah bagaimana, maka saya akan paparkan saja – sekali lagi, secara sederhana.
Dan proses ini tidak berlaku secara khusus ya. Sebab semua negara memiliki
Badan SAR resmi dengan tata cara dan metode sendiri walau aturan utamanya
biasanya sama. Aturan ini dikeluarkan oleh badan SAR internasional yang menjadi
afiliasi badan-badan SAR resmi negara-negara anggotanya.
Pertama-tama, alarm tanda bahaya dibunyikan! Saat itu, semua
elemen SAR bersiaga. Ada elemen operasi, elemen komunikasi, elemen data dan
dokumentasi dan elemen administrasi serta logistik juga elemen lain sesuai
kebutuhan. Masing-masing elemen ini mulai menjalankan tugasnya sampai kepastian
bahwa kondisi darurat bencana atau musibah memang diyakini terjadi.
Nah, setelah musibah diyakini benar-benar terjadi, elemen
operasi pun langsung memegang kendali. Di elemen ini bekerja individu-individu
yang memang terlatih untuk merencanakan, mempersiapkan, memimpin dan
mengendalikan operasi SAR. Semua proses ini dilakukan dengan dukungan penuh
elemen lain. Elemen komunikasi, misalnya, bekerja menyebarluaskan berita,
menyediakan saluran komunikasi paling efektif sekaligus memberi informasi yang
akurat pada masyarakat. Elemen data dan dokumentasi, bekerja menyediakan semua
data yang dibutuhkan untuk menyusun perencanaan operasi SAR yang efektif.
Sedangkan elemen administrasi dan logistik mengurus soal-soal biaya, peralatan
dan sarana hingga sukarelawan.
Lalu, ditunjuklah SAR Coordinator - SC, Inilah jenderal yang
memimpin operasi SAR. Ia dibantu oleh SMC – SAR Mission Coordinator, komandan operasional
yang bertugas mengatur semua hal menyangkut operasi SAR di lapangan. SMC inilah
yang menentukan Search Area, daerah pencarian yang ditetapkan secara hati-hati
dengan beragam pertimbangan dan metode. Setelah Search Area ditetapkan,
strategi SAR pun disusun dengan cepat untuk dilaksanakan oleh OSC – On Scene
Commander, komandan lapangan yang bertugas sebagai pengendali-pengendali SRU –
Search and Rescue Unit, unit-unit pencari, ujung tombak operasi SAR di lapangan.
Dalam operasi SAR dikenal banyak metode penetapan Search
Area, metode pencarian, metode penyelamatan dan metode evakuasi. Metode mana
yang digunakan, tergantung dari medan, sarana yang tersedia serta tingkat
keahlian para personil SAR di lapangan. Untuk Mountain and Remote SAR, Ground
SAR, Sea and Air SAR, metode yang paling krusial umumnya adalah metode
pencarian mengingat Search Area-nya relatif luas. Untuk Urban SAR, biasanya
metode penyelamatan sangat krusial. Korban yang terperangkap di reruntuhan
gedung, misalnya, membutuhkan teknik penyelamatan yang jauh lebih rumit. Tentu
saja, semua tidak rigid. Dalam kasus musibah SUKHOI SJ 100, metode evakuasi justru
menjadi masalah krusial karena lokasi musibah yang sulit dicapai.
Lalu, keahlian seperti apa sih yang harus dikuasai para
anggota SAR?
Ya, tergantung tugasnya, tentu saja. Mereka yang sanggup
menjabat tugas sebagai SC, SMC dan OSC tentu bukan orang-orang sembarangan.
Mereka tidak hanya terlatih secara teknis, namun terlatih pula secara teoritis
dan akademis. Jangan salah, SAR juga ada sekolahnya! Para komandan ini, bukan
hanya sanggup terjun ke lapangan, tapi juga sanggup memenej sebuah kegiatan
yang harus dilakukan secara tepat dan cepat. Efisien dan efektif. Keahlian
memenej inilah yang tidak bisa dilakukan sembarangan orang ; ada unsure kepemimpinan,
pengambilan keputusan, perencanaan dan seterusnya. Ingat, semua proses ini
diburu waktu! Konsekuaensinya sederhana ; hidup atau mati! Jadi, sekali lagi,
tidak semua orang sanggup.
Para anggota SAR di lapangan pun adalah individu yang
terlatih secara menyeluruh ; keterampilan dan mental fisik. Banyak yang mengira
anggota SAR di lapangan hanya perlu menguasai keterampilan survival dan navigasi. Ini salah besar! Para anggota SAR di lapangan juga harus mampu
menguasi teknik-teknik mountaineering (seperti rock climbing dan teknik vertical
rescue-nya), P3K, evakuasi bahkan membaca jejak dan menguasai bahasa komunikasi
internasional. Pada Urban SAR, para anggota SAR juga dibekali keterampilan
menyangkut bahaya di daerah perkotaan ; bahaya yang umumnya disebabkan karena
gagalnya sarana dan prasarana buatan manusia seperti gedung, saluran gas bawah
tanah atau jaringan listrik. Para anggota Urban SAR juga kerap dibekali ilmu
arsitectural hazard ; bahaya arsitektural yang umumnya dihadapi di lapangan.
Dengan ilmu ini, para anggota SAR tahu mana gedung yang aman dimasuki atau
tidak setelah gempa 8 Skala Richter, misalnya. Untuk operasi SAR di
perairan, para anggota SAR dilatih keterampilan menyelam. Tentu saja,
keterampilan menyelam yang jauh lebih tinggi dari sekedar menyelam untuk
rekreasi. Yang pasti, tugas utama para anggota SAR di lapangan adalah to locate,
to stabilize dan to evacuate para korban yang masih hidup. Jadi, ini bukan
sekedar perkara mengangkat tandu!
Bagaimana dengan para sukarelawan? Apakah mereka juga wajib
menguasai keterampilan-keterampilan seperti itu? Idealnya sih begitu! Sukarelawan kan bertujuan untuk membantu, bukan merepotkan! Yang jelas
para sukarelawan harus bersedia secara jujur menginformasikan tingkat dan
keterampilan yang dikuasainya dan bersedia menerima tanggungjawab yang
diberikan padanya sesuai tingkat dan jenis keterampilannya tadi. Jangan malu!
Operasi SAR bukan sebuah perlombaan atau ajang gagah-gagahan.Bukan arena adu pintar atau adu benar! Operasi SAR
adalah sebuah kesempatan untuk belajar menghargai kehidupan. Bekerja di dapur
umum pos komando, menyediakan makanan dan minuman hangat untuk regu-regu
pencari yang kelelahan agar mereka bisa kembali bekerja dengan efektif dan
tidak kehilangan semangat, juga sama mulianya!
Bagaimana? Jelas? Mudah-mudahan. Sederhana? Sama sekali
tidak, bukan! J