Makara ; mahluk penjaga gerbang . Biasanya ditemukan dalam pahatan pintu-pintu candi. Dan percayakah Anda bahwa setiap manusia memiliki 'penjaga gerbang'nya sendiri? Jika Anda bertanya soal kalimat itu, Anda harus curiga kemana nurani Anda pergi! Sebab, itulah, sang nurani, penjaga gerbang Anda ; batas antara dua sisi berbeda yang ada dalam setiap manusia - jiwa dan raganya. Itu pula sebabnya, kata 'Bacalah' - kata pertama dalam ayat pertama, surat pertama pada kitab suci saya tidak selalu berarti begitu. Jadi mulailah mencari arti yang sebenarnya. Walau terdengar absurd...

Rabu, 30 Mei 2012

BAGAIMANA SIH CARANYA NGE-SAR?


Gara-gara musibah SUKHOI SJ100 kemarin, saya banyak ditanya soal Search and Rescue - SAR. Padahal, saya sama sekali bukan ahli SAR. Saya cuma pernah dididik soal SAR dan ikut beberapa operasi SAR. Itu pun sebatas di daerah pegunungan. Tapi, santernya berita musibah SUKHOI SJ100 membuat beberapa teman bertanya dengan rasa ingin tahu. Saya sih, mencoba menjelaskan sesederhana mungkin saja. Karena operasi SAR memang sederhana dalam teori. Namun prakteknya, bisa bertolak belakang lebih dari 180O!

Search and Rescue itu, ya upaya yang dilakukan secara terencana dan metodis untuk menyelamatkan seseorang atau sekelompok orang yang tidak bisa menolong dirinya sendiri. Dari segi medannya, ada beberapa jenis SAR ; Mountain and Remote Area SAR, Urban SAR (USAR), Ground SAR, Sea and Air SAR sampai Combat SAR. Tidak usah terlalu serius soal ini. Jenis-jenis SAR ini cuma batasan yang sangat cair sifatnya. Yang jelas, SAR dilakukan di mana pun, kapan pun dan dengan beragam tujuan. Soal tujuan ini memang sering diperdebatkan. Memang tujuan SAR yang utama adalah menyelamatkan jiwa seseorang. Namun dalam banyak kasus, operasi SAR tetap dilakukan bahkan pada kondisi dimana kemungkinan hidup korban sudah dianggap tidak ada.

Kalau mau membahas jenis-jenis SAR berdasarkan medannya tadi, kita harus bicara berpanjang-panjang. Tapi karena pertanyaan utamanya adalah bagaimana, maka saya akan paparkan saja – sekali lagi, secara sederhana. Dan proses ini tidak berlaku secara khusus ya. Sebab semua negara memiliki Badan SAR resmi dengan tata cara dan metode sendiri walau aturan utamanya biasanya sama. Aturan ini dikeluarkan oleh badan SAR internasional yang menjadi afiliasi badan-badan SAR resmi negara-negara anggotanya.

Pertama-tama, alarm tanda bahaya dibunyikan! Saat itu, semua elemen SAR bersiaga. Ada elemen operasi, elemen komunikasi, elemen data dan dokumentasi dan elemen administrasi serta logistik juga elemen lain sesuai kebutuhan. Masing-masing elemen ini mulai menjalankan tugasnya sampai kepastian bahwa kondisi darurat bencana atau musibah memang diyakini terjadi.

Nah, setelah musibah diyakini benar-benar terjadi, elemen operasi pun langsung memegang kendali. Di elemen ini bekerja individu-individu yang memang terlatih untuk merencanakan, mempersiapkan, memimpin dan mengendalikan operasi SAR. Semua proses ini dilakukan dengan dukungan penuh elemen lain. Elemen komunikasi, misalnya, bekerja menyebarluaskan berita, menyediakan saluran komunikasi paling efektif sekaligus memberi informasi yang akurat pada masyarakat. Elemen data dan dokumentasi, bekerja menyediakan semua data yang dibutuhkan untuk menyusun perencanaan operasi SAR yang efektif. Sedangkan elemen administrasi dan logistik mengurus soal-soal biaya, peralatan dan sarana hingga sukarelawan.


Lalu, ditunjuklah SAR Coordinator - SC, Inilah jenderal yang memimpin operasi SAR. Ia dibantu oleh SMC – SAR Mission Coordinator, komandan operasional yang bertugas mengatur semua hal menyangkut operasi SAR di lapangan. SMC inilah yang menentukan Search Area, daerah pencarian yang ditetapkan secara hati-hati dengan beragam pertimbangan dan metode. Setelah Search Area ditetapkan, strategi SAR pun disusun dengan cepat untuk dilaksanakan oleh OSC – On Scene Commander, komandan lapangan yang bertugas sebagai pengendali-pengendali SRU – Search and Rescue Unit, unit-unit pencari, ujung tombak operasi SAR di lapangan.

Dalam operasi SAR dikenal banyak metode penetapan Search Area, metode pencarian, metode penyelamatan dan metode evakuasi. Metode mana yang digunakan, tergantung dari medan, sarana yang tersedia serta tingkat keahlian para personil SAR di lapangan. Untuk Mountain and Remote SAR, Ground SAR, Sea and Air SAR, metode yang paling krusial umumnya adalah metode pencarian mengingat Search Area-nya relatif luas. Untuk Urban SAR, biasanya metode penyelamatan sangat krusial. Korban yang terperangkap di reruntuhan gedung, misalnya, membutuhkan teknik penyelamatan yang jauh lebih rumit. Tentu saja, semua tidak rigid. Dalam kasus musibah SUKHOI SJ 100, metode evakuasi justru menjadi masalah krusial karena lokasi musibah yang sulit dicapai.

Lalu, keahlian seperti apa sih yang harus dikuasai para anggota SAR?

Ya, tergantung tugasnya, tentu saja. Mereka yang sanggup menjabat tugas sebagai SC, SMC dan OSC tentu bukan orang-orang sembarangan. Mereka tidak hanya terlatih secara teknis, namun terlatih pula secara teoritis dan akademis. Jangan salah, SAR juga ada sekolahnya! Para komandan ini, bukan hanya sanggup terjun ke lapangan, tapi juga sanggup memenej sebuah kegiatan yang harus dilakukan secara tepat dan cepat. Efisien dan efektif. Keahlian memenej inilah yang tidak bisa dilakukan sembarangan orang ; ada unsure kepemimpinan, pengambilan keputusan, perencanaan dan seterusnya. Ingat, semua proses ini diburu waktu! Konsekuaensinya sederhana ; hidup atau mati! Jadi, sekali lagi, tidak semua orang sanggup.

Para anggota SAR di lapangan pun adalah individu yang terlatih secara menyeluruh ; keterampilan dan mental fisik. Banyak yang mengira anggota SAR di lapangan hanya perlu menguasai keterampilan survival dan navigasi. Ini salah besar! Para anggota SAR di lapangan juga harus mampu menguasi teknik-teknik mountaineering (seperti rock climbing dan teknik vertical rescue-nya), P3K, evakuasi bahkan membaca jejak dan menguasai bahasa komunikasi internasional. Pada Urban SAR, para anggota SAR juga dibekali keterampilan menyangkut bahaya di daerah perkotaan ; bahaya yang umumnya disebabkan karena gagalnya sarana dan prasarana buatan manusia seperti gedung, saluran gas bawah tanah atau jaringan listrik. Para anggota Urban SAR juga kerap dibekali ilmu arsitectural hazard ; bahaya arsitektural yang umumnya dihadapi di lapangan. Dengan ilmu ini, para anggota SAR tahu mana gedung yang aman dimasuki atau tidak setelah gempa 8 Skala Richter, misalnya. Untuk operasi  SAR di perairan, para anggota SAR dilatih keterampilan menyelam. Tentu saja, keterampilan menyelam yang jauh lebih tinggi dari sekedar menyelam untuk rekreasi. Yang pasti, tugas utama para anggota SAR di lapangan adalah to locate, to stabilize dan to evacuate para korban yang masih hidup. Jadi, ini bukan sekedar perkara mengangkat tandu!

Bagaimana dengan para sukarelawan? Apakah mereka juga wajib menguasai keterampilan-keterampilan seperti itu? Idealnya sih begitu! Sukarelawan kan bertujuan untuk membantu, bukan merepotkan! Yang jelas para sukarelawan harus bersedia secara jujur menginformasikan tingkat dan keterampilan yang dikuasainya dan bersedia menerima tanggungjawab yang diberikan padanya sesuai tingkat dan jenis keterampilannya tadi. Jangan malu! Operasi SAR bukan sebuah perlombaan atau ajang gagah-gagahan.Bukan arena adu pintar atau adu benar! Operasi SAR adalah sebuah kesempatan untuk belajar menghargai kehidupan. Bekerja di dapur umum pos komando, menyediakan makanan dan minuman hangat untuk regu-regu pencari yang kelelahan agar mereka bisa kembali bekerja dengan efektif dan tidak kehilangan semangat, juga sama mulianya!

Bagaimana? Jelas? Mudah-mudahan. Sederhana? Sama sekali tidak, bukan! J